Kita mungkin sering mengalami hal ini, Handphone berbunyi, ada SMS masuk, udah buru-buru kita buka eh isinya adalah penawaran kredit alias utang dengan berbagai bentuk skema. Familiar dengan kondisi ini? Dan hal ini akan kerap berulang beberapa kali dalam sehari.
Saya sendiri juga mau curhat sekaligus complain dan laporan (semoga dibaca oleh regulator), bapak-bapak saya sehari bisa menerima 5-10 sms menawarkan kredit tanpa jaminan plus minimum menerima 3-5 telpon menawarkan kartu kredit baik baru ataupun tambahan. Pertanyaannya adalah mengapa sekarang banyak sekali bank yang menawarkan ngutang alias kredit tanpa jaminan dan kartu kredit? (apalagi kalau tahun depan kepemilikan kartu kredit mulai dibatasi, tawaran KTA tadi akan makin rame nih). Hal ini terjadi karena kemungkinan banyak likuiditas yang terdapat di bank tersebut.
Saya sendiri juga mau curhat sekaligus complain dan laporan (semoga dibaca oleh regulator), bapak-bapak saya sehari bisa menerima 5-10 sms menawarkan kredit tanpa jaminan plus minimum menerima 3-5 telpon menawarkan kartu kredit baik baru ataupun tambahan. Pertanyaannya adalah mengapa sekarang banyak sekali bank yang menawarkan ngutang alias kredit tanpa jaminan dan kartu kredit? (apalagi kalau tahun depan kepemilikan kartu kredit mulai dibatasi, tawaran KTA tadi akan makin rame nih). Hal ini terjadi karena kemungkinan banyak likuiditas yang terdapat di bank tersebut.
Data yang didapat mengenai dana pihak ketiga diperbakan simpang siur akan tetapi yang pasti jumlahnya cukup banyak. Dana ini tentu saja bukan dana gratis alias bank harus membayar 'bunga' kepada penabung atau deposan. Nah, permasalahannya adalah, apabila bank membayar ke penabung dan deposan sejumlah bunga yang oleh bank biasa disebut dengan biaya bunga (Deposito) yang besarnya sebut saja 6% sementara suku bunga SBI atau BI Rate kurang lebih sebesar 6% juga serta masih ada biaya-biaya lain yang harus ditanggung bank sehingga biaya dana tadi atau istilah keren nya cost of fund menjadi 7.50%-8%, lalu pertanyaanya kemana bank tersebut menempatkan atau istilahnya 'melempar' dana tersebut untuk menutupi biaya-biaya mereka? Sudah pasti kredit donk alias utang ke masyarakat.
Apabila dilihat bahwa masih banyak bank yang tidak mengucurkan kredit ke pengusaha kecil, menengah ataupun besar (tapi yang super besar alias konglomerat biasanya justru ditawarin kredit terus). Oleh sebab itu dana-dana diperbankan tersebut disalurkan ke perorangan melalui kredit consumer atau kredit konsumtif. Mengapa hal ini dilakukan oleh Bank? Trauma atas kasus yang terjadi pada saat dan setelah krisis moneter dimana banyak bank yang ditutup dan debitor yang ngemplang, Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan regulator membuat aturan yang ketat dalam memberian kredit. Hal ini menjawab pertanyaan mengapa masih banyak bank-bank yang tidak memberikan kredit usaha akan tetapi lebih tertarik untuk memberikan kredit konsumtif kepada masyarakat.
Mengapa Bank senang sekali memberikan kredit komsumtif ini? Pertama dari sisi psikologis dimana banyak kita jumpai anggota masyarakat Indonesia yang 'hobby berbelanja', menghambur-hamburkan uang, memiliki gengsi yang tinggi, dan hidup diatas batas kemampuannya membuat penggunaan kredit ini tinggi sekali. Bank atau lembaga keuangan lainnya berlomba-lomba menawarkan kartu kredit serta kredit tanpa jaminan dengan bunga yang sangat tinggi sehingga penghasilan bunga yang diterima oleh bank maupun lembaga keuangan lainnya lebih tinggi.
Kedua, apabila dalam kita berinvestasi dikenal istilah diversifikasi yang artinya memecah-mecah investasi kedalam beberapa jenis produk investasi dari beberapa perusahaan, maka bank ataupun lembaga keuangan lainnya juga ingin melakukan diversikasi debitor. Diversifikasi akan mengurangi resiko ingat Pribahasa don't put your eggs in one basket. Ketika bank memberikan kredit usaha, bank mengeluarkan kredit Rp 1 milyar ke satu perusahaan. Sehingga apabila perusahaan ini bankrut atau tutup bank mempunyai potensi untuk kehilangan Rp 1 miliarnya. Apabila bank menyalurkan kredit konsumtif dengan nilai Rp 25 juta per orang, maka dibutuhkan 40 orang untuk memasarkan dana sebesar Rp 1 milyar. Dan apabila ada 1 orang yang gagal membayar kembali utangnya, maka bank hanya akan kehilangan 1/40 dari dana tersebut.
Komentar
Posting Komentar