Di Indonesia masih banyak kita dapati anggota masyarakat yang tidak bisa membedakan antara menyimpan uang dengan berinvestasi. Pertanyaanya yang kemudian timbul adalah: "Wah, kalau begitu tidak ada tempat yang aman donk untuk berinvestasi?". "Apakah tidak sebaiknya dana saya disimpan dirumah saja dilemari atau dibawah bantal?". Menyimpan uang dirumah juga berisiko. Risiko dicuri oleh orang rumah, dicuri pencuri bisa menyebabkan uang yang kita simpan dirumah berkurang atau hilang.
Apabila menyimpan uang dirumah atau berbentuk tabungan dibank saja mengandung risiko, apalagi yang namanya berinvestasi. Satu hal yang harus selalu kita iingat adalah bahwa tidak ada satupun investasi yang tidak memiliki risiko 100%. Oleh karena adanya risiko inilah, maka dari itu kita harus melakukan analisa sebelum berinvestasi untuk meminimalkan risiko tersebut (bukan menghilangkan).
Apalagi kalau kita berinvestasi di pasar modal seperti pada produk keuangan Saham, Obligasi dan turunannya seperti Reksadana. Disaat seperti sekarang dimana harga saham sedang berjatuhan, sudah pasti investasi kita akan ikut turun. Lalu Bagaimana cara kita meminimalisasi risiko tersebut? Banyak cara yang bisa dilakukan. Pertama harus selalu diingat bahwa risiko investasi selalu berbanding lurus dengan hasil investasinya. Artinya, semakin tinggi bunga atau hasil yang diharapkan maka akan semakin tinggi risikonya. Adapun sekarang sudah ada beberapa produk investasi yang bisa memberikan hasil investasi yang kompetitif (bukan tinggi) tetapi dengan risiko yang terkontrol (manage). Akan tetapi masih banyak saja investor di Indonesia yang tidak menggunakan akal sehat, ingin cepat kaya mendadak dengan berinvestasi pada produk yang menjanjikan atau iming-iming hasil yang tinggi.
Salah satu teori meminimalisasi risiko yang sering dipergunakan adalah yang disebut dengan diversifikasi. Tahu istilah "Don’t put Eggs in One Basket" donk? Atau kalau diartikan kira-kira adalah apabila kita memiliki banyak telur jangan menempatkan semua telur tersebut didalam satu keranjang. Sehingga apabila keranjang tersebut jatuh maka telur-telur tersebut akan pecah semua. Nah, itu berlaku juga dengan investasi kita. Untuk meminimalisasikan risiko jangan menempatkan investasi kita hanya ke satu produk saja.
Investasi bisa dilakukan dengan menggunakan produk-produk investasi yang ditawarkan oleh institusi keuangan atau produk keuangan maupun menggunakan juga produk non-keuangan. Menggunakan kombinasi dari produk-produk tersebut juga ikut mengurangi risiko.
Contoh beberapa produk non-keuangan yang dapat dipergunakan untuk berinvestasi adalah: Property (rumah tinggal, apartement, ruko, kios, dll), Kendaraan Bermotor, Emas/Logam Mulia (perhiasan dan emas keping/batangan), diamond dan perhiasan berharga. Selain itu untuk beberapa golongan tertentu menggunakan lukisan, barang antik, dan masih banyak produk lainnya yang dapat dipergunakan sebagai wahana investasi mereka.
Sedangkan produk-produk keuangan antara lain produk perbankan seperti tabungan, deposito dan SBI, produk pasar modal seperti saham, surat utang (obligasi), reksa dana, valuta asing (mata uang), indeks, future dan banyak lagi produk investasi baik yang ditawarkan secara lokal maupun yang dijual di luar negeri. Sebagai contoh, ketika investasi di pasar modal turun antara bulan July sampai sekarang, investasi kita di Logam Mulia sempat naik untuk mengimbangi penurunan kita di saham. Meskipun pada akhirnya Logam Mulia juga terakhir ikutan turun. Contoh lain misalnya, meskipun harga saham berjatuhan tetapi harga property tetap belum terganggu. Keseimbangan dalam berinvestasi inilah yang maminimalkan resiko investasi kita.
Dalam skala tertentu, diversifikasi tidak hanya dilakukan dengan menggunakan produk investasi di Indonesia akan tetapi bisa juga dengan menggunakan produk atau investasi dibeberapa negara. Akan tetapi kita juga harus berhati-hati, dalam kondisi yang sudah sangat maju dengan jaringan informasi dan bursa yang terpadu diseluruh dunia, menyebabkan penurunan bursa di suatu negara cepat atau lambat akan berdampak di negara lain, seperti yang terjadi saat Krisis Global tahun 2008 atau saat ini. Itulah sebabnya kombinasi antara produk keuangan dan non-keuangan sangat disarankan. Sehingga ketika pasar sedang turun sekarang, kita tidak perlu panik lagi.
Apabila menyimpan uang dirumah atau berbentuk tabungan dibank saja mengandung risiko, apalagi yang namanya berinvestasi. Satu hal yang harus selalu kita iingat adalah bahwa tidak ada satupun investasi yang tidak memiliki risiko 100%. Oleh karena adanya risiko inilah, maka dari itu kita harus melakukan analisa sebelum berinvestasi untuk meminimalkan risiko tersebut (bukan menghilangkan).
Apalagi kalau kita berinvestasi di pasar modal seperti pada produk keuangan Saham, Obligasi dan turunannya seperti Reksadana. Disaat seperti sekarang dimana harga saham sedang berjatuhan, sudah pasti investasi kita akan ikut turun. Lalu Bagaimana cara kita meminimalisasi risiko tersebut? Banyak cara yang bisa dilakukan. Pertama harus selalu diingat bahwa risiko investasi selalu berbanding lurus dengan hasil investasinya. Artinya, semakin tinggi bunga atau hasil yang diharapkan maka akan semakin tinggi risikonya. Adapun sekarang sudah ada beberapa produk investasi yang bisa memberikan hasil investasi yang kompetitif (bukan tinggi) tetapi dengan risiko yang terkontrol (manage). Akan tetapi masih banyak saja investor di Indonesia yang tidak menggunakan akal sehat, ingin cepat kaya mendadak dengan berinvestasi pada produk yang menjanjikan atau iming-iming hasil yang tinggi.
Salah satu teori meminimalisasi risiko yang sering dipergunakan adalah yang disebut dengan diversifikasi. Tahu istilah "Don’t put Eggs in One Basket" donk? Atau kalau diartikan kira-kira adalah apabila kita memiliki banyak telur jangan menempatkan semua telur tersebut didalam satu keranjang. Sehingga apabila keranjang tersebut jatuh maka telur-telur tersebut akan pecah semua. Nah, itu berlaku juga dengan investasi kita. Untuk meminimalisasikan risiko jangan menempatkan investasi kita hanya ke satu produk saja.
Investasi bisa dilakukan dengan menggunakan produk-produk investasi yang ditawarkan oleh institusi keuangan atau produk keuangan maupun menggunakan juga produk non-keuangan. Menggunakan kombinasi dari produk-produk tersebut juga ikut mengurangi risiko.
Contoh beberapa produk non-keuangan yang dapat dipergunakan untuk berinvestasi adalah: Property (rumah tinggal, apartement, ruko, kios, dll), Kendaraan Bermotor, Emas/Logam Mulia (perhiasan dan emas keping/batangan), diamond dan perhiasan berharga. Selain itu untuk beberapa golongan tertentu menggunakan lukisan, barang antik, dan masih banyak produk lainnya yang dapat dipergunakan sebagai wahana investasi mereka.
Sedangkan produk-produk keuangan antara lain produk perbankan seperti tabungan, deposito dan SBI, produk pasar modal seperti saham, surat utang (obligasi), reksa dana, valuta asing (mata uang), indeks, future dan banyak lagi produk investasi baik yang ditawarkan secara lokal maupun yang dijual di luar negeri. Sebagai contoh, ketika investasi di pasar modal turun antara bulan July sampai sekarang, investasi kita di Logam Mulia sempat naik untuk mengimbangi penurunan kita di saham. Meskipun pada akhirnya Logam Mulia juga terakhir ikutan turun. Contoh lain misalnya, meskipun harga saham berjatuhan tetapi harga property tetap belum terganggu. Keseimbangan dalam berinvestasi inilah yang maminimalkan resiko investasi kita.
Dalam skala tertentu, diversifikasi tidak hanya dilakukan dengan menggunakan produk investasi di Indonesia akan tetapi bisa juga dengan menggunakan produk atau investasi dibeberapa negara. Akan tetapi kita juga harus berhati-hati, dalam kondisi yang sudah sangat maju dengan jaringan informasi dan bursa yang terpadu diseluruh dunia, menyebabkan penurunan bursa di suatu negara cepat atau lambat akan berdampak di negara lain, seperti yang terjadi saat Krisis Global tahun 2008 atau saat ini. Itulah sebabnya kombinasi antara produk keuangan dan non-keuangan sangat disarankan. Sehingga ketika pasar sedang turun sekarang, kita tidak perlu panik lagi.
Komentar
Posting Komentar