“Hai Rangga...Lagi ngapain di atas sini?” tanya Seno ke Rangga yang sedang duduk di atas genteng sekolahan.
“Aku lagi lihat pemandangan desa kita Sen...Coba kau lihat itu?”ucap Rangga sambil menunjuk ke arah desa.
“Iya Ngga...bagus banget”jawabku.
“Apa kamu ingin jadi ketua di desa kita Ngga?” tanyaku.
“Tidak Sen...aku ingin mempunyai desa sendiri dan menjadi pimpinan di desa itu” jawab Rangga sambil menatap lurus ke depan.
“Tidak Sen....Aku ingin punya desa sendiri” jawab Rangga sambil menatap padaku.
“Tapi Ngga...bukankah banyaknya perang karena keinginan sepertimu Ngga?” tanyaku sambil ku tepuk bahu Rangga.
“Apakah kamu ingin banyak anak lain seperti kita Ngga?” tanyaku lagi dan dia diam saja sampai tiba-tiba.....
“Hai kalian berdua cepat turun,bikin atap bocor saja kalian di atas!!!” teriak pak Atmo seorang penjaga sekolah.
“Ayo kita turun Ngga,sebelum kita di lempar pentungannya”.Kamipun segera melompat turun dan berlari ngacir,menyelamatkan diri.
Tak terasa bel sekolah pun berbunyi dan.....saatnya pulang.
“Ayo Ngga....kita lomba lari menuju rumah!” ucapku.
“Oke...siapa takut” kata Rangga.
“Baiklah aku yang hitung ya....satu....tiga...lari!!!”aku langsung kabur.
“Hai...curang!!!” teriak Rangga.
”Ayo Ngga...kejar aku” kataku sambil tertawa-tawa.
Kamipun lomba lari dengan kecepatan yang tinggi,hingga debu bertebaran di belakang kami.Dan orang –orang pada ngomel karena ulah kami.Contohnya bu Atik,yang cuciannya berjatuhan karena kena angin hasil kami berlari.
“Aku meeeenaaaaang!!!”teriakku.
“Terang aja kamu menang,kamu curang” celetuk Rangga sambil terbungkuk terengah-engah.
“Cepat masuk dan ganti baju” ucap kakek dengan suara batin.
“Kakek pasti sedang meditasi” ucapku.
“Ayo Ngga...masuk”
Sambil masih terbungkuk-bungkuk karena capek,Rangga mengikuti aku masuk rumah dan benar saja kakek lagi meditasi di gubuk.Setelah ganti baju,kami duduk di samping kakek dan ikut bermeditasi.Dengan suara batin Rangga berbicara pada kakek.
“Bisakah kakek memberikan ilmu kepada kami lagi” ucap Rangga.
“Ilmu apa yang kalian inginkan?” tanya kakek.
“Ilmu untuk bertarung yang kami ingini kek” kata Rangga lagi.Kakek membuka matanya dan menarik nafas dalam lalu menatap kami.Kami pun juga menhentikan meditasi.
“Memangnya kalian ingin bertarung dengan siapa?” tanya kakek.
“Tidak ada kek,kami tak ingin bertarung dengan siapapun.Tapi kami ingin punya pegangan bila sesuatu terjadi kepada kami” jelasku.Dan kakek menarik nafas yang dalam lagi.
Rangga menyambung ucapanku dan berkata”Saat ini semua sedang kacau kek,kakek pasti tahu itu dan bila kekacauan itu sampai kemari,kami bisa untuk membela diri dan membela desa kita ini”.
“Kalian memang benar” kata kakek dan senyum lebar tersungging di bibir kami.
“Tapi sebelum kakek mengajari kalian ilmu yang macam-macam,kalian harus belajar ilmu padi”.
“Ilmu padi?” tanya kami bersamaan.
“Ilmu padi itu apa kek?” tanyaku.
“Sekarang sudah musim tanam,jadi mulai besuk pergilah ke sawah dan perhatikan apa yang terjadi pada tanaman padi itu.Setelah kalian tahu apa yang kalian pelajari,katakanlah padaku tentang apa yang kalian lihat dan aku akan mengajari kalian bila kalian sudah tahu ilmu padi” kata kakek.
“Baiklah kek...besuk akan kami lakukan perintah kakek” ucapku.Kakek kembali menutup mata dan kembali meditasi.Kamipun mengikuti apa yang di lakukan kakek.
Bersambung.......
Komentar
Posting Komentar