Aku terkejut sekali ketika ada panggilan operator ketika ia menyuruh untuk menjemput seseorang di Jalan Urip Sumoharjo suatu malam. Aku bergidik ketika mendengar nama jalan itu. Aku tidak ingin dekat-dekat daerah itu, terutama pada tengah malam. Tapi aku mengendarai taksi berwarna biru, dan itu tugas saya untuk menjemput ketika panggilan itu dating.Aku menelan ludah dan menuju Jl.Urip Sumoharjo dan di sana pernah ada pembantaian.
Aku tengah keluar kota ketika "insiden" itu terjadi. Saya menyebutnya insiden, tapi sebenarnya sebuah pembunuhan, brutal dan sadis. Seorang rekan kami yang bernama Andi yang mengendarai taksi perusahaan kami dirampok dan ditikam sampai mati di taksinya. Hari berikutnya seorang pria bernama Bram Mursid dijemput oleh polisi dan dimasukkan ke dalam penjara untuk kejahatan, meskipun ia menyangkal melakukannya.
Lalu sekelompok rekan kami yang marah mengendarai taksi perusahaan kami berkumpul bersama, menenggak sebotol wiski dan berbicara tentang "mendapatkan" rekan yang akan menikam Andi. Salah seorang pria keluar dan meminjam senapan, dan gerombolan pergi ke penjara, meraih Bram dan melemparkannya di belakang salah satu taksi. Para sopir taksi yang marah membawanya ke tempat pembantaian dan mereka menyeret paksa Bram dari taksi dan mulai memukulinya. Seorang pria menghunus pisau dan menerobos massa dengan dengan rasa marah,dan Bram berteriak: "Ya Tuhan, kau mau membunuhku" Saat itulah seseorang dengan senapan menodongkan ke kepalanya, mengisi, dan menembaknya dua kali.Ketika massa yakin dia mati, mereka kembali naik ke taksi yang berbeda dan menyebar, masing-masing kembali ke kota dengan rute yang berbeda . Akhirnya ke tiga puluh satu rekan ditangkap karena kejahatan itu. Tapi mereka semua dibebaskan oleh juri dari rekan-rekan mereka.
Setelah kejadian itu, bagian jagal dari Jalan Urip Sumoharjo punya reputasi buruk. Tak seorang pun di perusahaan taksi menyukai mengemudi di sana, terutama di malam hari. Orang-orang mengklaim dihantui oleh hantu Bram Mursid.
Aku menggigil saat aku sudah sampai ke jalan Urip Sumoharjo dan melambat untuk mencari penumpang saya. Tidak ada di sana. Aku memarkir taksi dan keluar untuk menyulut merokok sementara aku menunggu.
Aku terkejut, suhu di sekitar saya mendadak dingin. Aku membeku di tempat, tiba-tiba takut, aku mendengar seseorang mengerang dalam teror dari sisi lain jalan. Suara itu menggores sarafku. Aku bisa mendengar suara memalu kepalan tangan dari kegelapan dipenuhi siluet hitam berputar-putar pada sesuatu.Jantungku berdebar kencang. Aku meraba-raba mencari pegangan pintu,dalam kesunyian seorang pria berteriak kesakitan: "Tuhan, kau membunuh aku!" Aku menjatuhkan diri di dalam taksi ketika aku mendengar senjata meledak, memotong tangisan pria itu. Tembakan itu segera diikuti oleh dua tembakan lagi .
Aku menjerit saat aku memutar taksi. Sebuah sosok jangkung babak belur,dengan sinar lampu mobil cukup bagi saya untuk melihat kepala orang itu terkulai, dan berlumuran darah, wajahmya pucat, robek pakaiannya karena sayatan pisau memblokir jalan di depan saya. Aku terkesiap, terpana,dan ku injak pedal gas dan berbelok di sekitarnya, degup jantungku begitu keras terasa sakit tulang rusukku.
Aku masih gemetar ketika membanting ke kantor beberapa menit kemudian dan mengatakan kepada operator saya berhenti dari kerjaanku. Lalu aku mengambil barang-barangku dan menuju rumah untuk pulang.Aku tidak akan mau lagi ke jalan Urip Sumoharjo.Dan aku tidak pernah melakukannya....aku kapok
Komentar
Posting Komentar